BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode Audio-lingual adalah suatu metode yang mana banyak
melakukan praktek-praktek dan latihan-latihan dalam berbahasa baik dalam bentuk
dialog, khutbah dan lain sebagainya yang mana diharapkan para siswa bisa
berbicara seperti pemilik bahasa itu sendiri. Metode audio-lingual pada
dasarnya merupakan pengembangan dari metode langsung yang dirasa memiliki
kelemahan terutama dalam menjelaskan hal-hal yang sulit dipahami siswa. Untuk
itu metode ini disamping menekankan pengajaran bahasa lewat mendengar dan
menirukan, juga dimungkinkan penggunaan bahasa ibu untuk penjelasannya. Metode
ini biasanya lebih banyak diterapkan dengan bentuk pattern drill. Penggunaan
pendekatan drill sudah lazim digunakan di kalangan militer. Karena pada awalnya
metode ini banyak digunakan pada kalangan militer, maka metode ini juga disebut
dengan army method.
1.2 Rumusan Makalah
Dari latar belakang di atas penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
perkembangan Metode Audiolingual dilihat dari latar belakang sejarah.
2.
Bagaimanakah
ciri-ciri utama Metode Audiolingual.
3.
Bagaimanakah tekik
pengajaran Metode Audiolingual.
4.
Apakah keunggulan
dan kelemahan Metode Audiolingual.
5.
Bagaimanakah contoh
rencana pelajaran Metode Audiolingual.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini
untuk mengetahui Metode Audiolingual sebagai metode pengajaran bahasa.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari
penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Bagi
penulis dan mahasiswa lain, lebih memahami tentang Metode Audiolingual.
2. Untuk di jadikan bahan referensi
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang Sejarah
Pada
tahun 1939 Universitas Michigan mengembangkan Institut Bahasa Inggris pertama
di Amerika Serikat, yang mengkhususkan diri dalam pelatihan guru-guru bahasa
inggris sebagai bahasa asing dan dalam pengajaran bahasa inggris sebagai bahasa
kedua atau bahasa asing. Direktur lembaga tersebut, Charles Fries, memang
terlatih dalam lingustik structural, dan beliau menerapkan prinsip-prinsip
lingustik structural itu pada pengajaran bahasa. Fries beserta rekan-rekanya
menolak pendekatan-pendekatan seperti yang terdapat dalam metode langsung, yang
merupakan wadah para pembelajar diperkenalkan dengan bahasa, memakainya, dan
secara bertahap menyerap pola-pola gramatikalnya. Bagi Fries, tata bahasa atau
‘struktur’ itu merupakan titik tolak. Strutur bahasa dikenali dengan pola-pola
kalimat dasarnya dan struktur gramatikalnya.
Universitas
Michigan bukanlah satu-satunya universitas yang terlibat dalam perkembangan
kursus-kursus dan bahan-bahan bagi pengajaran bahasa Inggris. Sejumlah program
yang sama lainnya pun diaadakanlah, beberapa di antaranya adalah di universitas
Georgetown dan Universitas Amerika di Washington D.C dan Universitas Texas,
Austin. Para pakar lingustik. Amerika Serikat makin bertambah aktif, baik di
Amerika maupun di luar negeri dalam mengawasi program-program pengajaran bahasa
inggris (Moulton 1961).
Munculnya
MAL merupakan akibat dari besarnya perhatian yang diberikan kepada pengajaran
bahasa asing di Amerika Serikat sampai akhir tahun 1950-an. Perlu nya suatu
perubahan radikal dan pemikiran kembali megodologi pengajaran bahasa asing
(yang kebanyakan masih ada kaitanya dengan Reading Method) justru didorong oleh
peluncuran satelit Rusia yang perlunya pada tahun 1957. Pemerintah Amerika
Serikat mengakui peluncuran upaya yang lebih intensif untuk mengajarkan
bahasa-bahasa asing untuk melindungi Amerika dari ketersaingan kemajuan ilmiah
yang dibuat di negara-negara lain.
B.
Ciri-ciri utama
Metode Audiolingual
yang juga dikenal sebagai Aural-Oral
keterampilan Fungsional, New key, atau Metod Amerika dalam pengajaran bahasa
diterima dan diperlakukan sebagai pendekatan ‘’ilmiah’’ bagi
pengajaran-pengajaran bahasa. Dalam bukunya yang berjudul Language Teaching: A
Scientific Approach, Lado (1964) mengemukakan ‘’hukum-hukum empiris mengenai
pembelajaran’’ berikut ini sebagai dasar bagi metodologi audiolingual:
(1)
Hukum dasar hubungan yang menyatakan bahwa
apabila dua pengalaman terjadi bersama-sama maka kemunculan yang satu akan
mengingatkan kita kembali kepada yang satu lagi.
(2)
Hukum latihan yang
menemukakan dengan tegas bahwa semakin sering sesuatu responsi dipraktekan,
maka semakin baik pula hal itu dipelajari dan semakin lam diingat.
(3)
Hukum intesitas
yang menyatakan bahwa semakain intensif sesuatu responsi dipraktekan, maka
semakin mantap hal itu dipelajari dan semakin lama pula akan diingat.
(4)
Hukum asimilasi
yang menyatakan bahwa setiap kondisi yang baru terangsang justru cenderung
menimbulkan responsi yang sama dengan yang telah ditimbulkan oleh
kondisi-kondisi yang sama pada masa lalu.
(5)
Hukum pengaruh yang
menyatakan bahwa apabila suatu responsi disertai atau diikuti oleh peristiwa-peristiwa
yang memuaskan maka responsi itu semakin diperkuat, semakin terterima. Apaila
suatu responsi diikuti oleh peristiwa yang menjengkelkan, maka responsi itu
justru dihindarkan, tidak terterima.
Hukum-hukum behavioris yang mendasari kelima prinsip MAL
juga terdaftar dalam karya Chaistain (1976) dan dapat dirangkum sebagai
berikut:
(1)
Tujuan pengajaran
B2 adalah menyumbangkan dalam diri para siswa kemampuan-kemampuan yang sama
dengan yang dimiliki oleh para pembicara/penutur asli. Oleh karena itu, para
siswa pada akhirnya haruslah memperlakukan bahasa itu seperti pada tingkat
tidak sadr atau bawah sadar.
(2)
Penggunaan bahasa
asli atau bahasa ibu hendaklah dilarang didalam kelas; sebuah ‘’nusa budaya’’
hendaklah dibentuk dan dipertahankan. Ajarkanlah B2 tanpa mengacu B1.
(3)
Para siswa
mempelajari bahasa melalui teknik-teknik S-R. Para siswa harus belajar
berbicara tanpa memperhatikan bagaimana bahasa itu disusun. Mereka hendaknya
tidak diberi kesempatan untuk memikirkan jawaban-jawaban mereka. Memorisasi dialog
dan latihan-latihan pola merupakan alat ampuh untuk memperoleh
responsi-responsi bersyarat.
(4)
Latihan-latihan
pola diajarkan pada permulaan tanpa penjelasn. Latihan dan praktek yang seksama
haruslah mendahului setiap penjelasan, dan diskusi mengenai tata bahasa harus
diadakan dalam waktu yang sangat singkat.
(5)
Dalam pengembangan
‘’keempat keterampilan berbahasa’’ (menyimak, berbicara, membaca, menulis) maka
urutan alamiah yang dijalankan dalam bahasa asli haruslah dipelihara dan
dipegang terus (Omaggio 1986-60).
Ada pula pakar yang mengemukakan adanya lima ciri khas
MAL yaitu:
(1)
Pemisahan 4
keterampilan berbahasa.
(2)
Penggunaan dialog
sebagai saran utama peyajian bahasa.
(3)
Penekanan pada
praktek tertentu, mimikri, memorisasi, dan latihan runtun.
(4)
Penggunaan laboratorium
bahasa.
(5)
Pemantapan teori
lingustik dan teori psikologis sebagai dasar bagi metode pengajaran bahasa.
C.
Teknik Pengajaran
Dalam MAL,
penekanan utama diletakan pada ‘’keterampilan fundamental’’ menyimak dan
berbicara. Walaupun membaca dan menulis tidak diabaikan, namun menyimak dan
berbicara mendapat priorotas utama dan dalam urutan pengajaran keduanya
mendahului membaca dan menulis, seprti halnya ML, maka MAL pun mencoba
mengembangkan keterampilan berbahasa sasaran tanpa mengacu kepada bahasa ibu.
Sebai misal, Brooks (1960/1964) menganggap pengusaan terkoordinasi terhadaf B2
sebagai hasil pembelajaran bahasa yang ideal. Dalam MAL, proses pembelajaran
dipandang sebagai salah satu habituasi atau pembisaan dan pembersyaratan tanpa
intervensi suatu analisis intelektual. Dengan perkataan lain, masalah
eksplisit-implisit misalnya, justru hal itu labih cenderung pada strategi
pembelajaran implisit dari pada strategi pembelajaranan eksplisit. Penekanan
diletakkan pada praktek yang aktif dan sederhana. Tujuannya adalah membuat
pembelajaran bahasa tidak merupakan beban mental.
MAL memprkenalkan
memorisasi dialog-dialog dan ulangan imitatif (atau ‘’memikri’’) sebagai
teknik-teknik pembelajaran khusus. Sebagai tambahan, MAL telah mengembangkan
latihan-latihan untuk pola (yang disebut juga latihan runtun struktural atau
latihan/praktek pola). Latihan-runtun seperti itu tidak dikenal sebelumnya,
misalnyadalam karya Palmer. Tetapi semua ini menjadi ciri-ciri pokok MAL dan
seterusnya di-diversifikasi-kan dan diperhalus sebagai suatu teknik
pembelajaran bahasa melebihi serta mengatasi segala sesuatu yang telah dikenal
sebelumnya.
D.
Keunggulan dan
Kelemahan
Secara implisit
telah kita singgung beberapa keunggulan MAL ini. Seperti juga halnya
metode-metode pengajaran bahasa lainya, maka disamping keunggulanya, terdapat
juga beberapa kelemahan atau kekurangan MAL. Secara singkat dapat kita
rangkumkan seperti berikut ini:
Keunggulan MAL
antara lain adalah:
(1)
Dapat diterapkan
pada kelas-kelas yang sedang
(2)
Memberibanyak latihan
dan praktek dalam aspek keterampilan menyimak dan berbicara
(3)
Sesuai bagi
tingkatan lingustik para siswa
Kelemahan MAL antara lain menyangkut:
(1)
Guru terampil dan
cekatan sangat dibutuhkan
(2)
Ulangan serinkali
membosankan serta menghambat penghipotesis-
an kaidah-kaidah bahasa dan
(3)
Kurang sekali
memberi perhatian pada ujaran/tuturan yang spontan.
E.
Contoh Rencana
Pelajaran
9.00-9.15Seluruh siswa kelas mengulangi baris-baris dialog baru
mengikuti contoh atau model yang dibuat oleh guru. Untuk menjelaskan makna kalimat-kalimat
tersebut, dalam dialog di papan tulis dan menunjukkan sebaik baris-baris itu
disebutkan. Pertama, setiap siswa mengulangi baris-baris secara serempak. Bila
sepasang kalimat telah diucapkan dengan dua kelompok dan baris yang pertama pun
diulangi diucapkan secara berbalas-balasan. Berikutnya, barisan siswa seorang
demi seorang mengambil satu baris dialog dan mengulanginya. Akhirnya, guru
menyuruh seorang demi seorang mengulangi menyebutkan kalimat-kalimat baru itu
di depan kelas.
9.15-9.40Guru beralih pada fase latihan pola. Pada fase latihan
ini, segala struktur yang dipakai dalam dialog kini dilatihkan satu demi satu.
Pertama-tama secara bersama-sama kelas mengulangi kalimat yang dilatihkan itu
setelah guru memberikan contoh modelnya. Kemudian mereka membuat
tranformasi-transformasikalimat tersebut sesuai dengan petunjuk-petunjuk guru.
9.40-9.50 Serangkaian latihan dipakai sebagai
kegiatan konsolidasi akhir. Para siswa
yang saling mengajukan pertanyaan atau memberi petunjuk satu sama lain,
berdasarkan urutan barisan dari seorang siswa kepada siswa lainya dalam suatu
rangkaian stimulus dan responsi (S-R). Guru memberikan pekerjaan rumah buat
pelajaran yang akan datang, yang terdiri dari menyimak rekaman dan
latihan/mempraktekan lebih banyak lagi dan mendengarkan dialog-dialog yang
telah direkam.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Metode
audio-lingual adalah salah satu metode pembelajaran dan pengajaran bahasa
khususnya bahasa asing. Pada awalnya metode ini diperkenalkan oleh pakar atau
ahli bahasa inggris yang bernama Charles Fries dari Universitas Michigan di
Amerika Serikat pada akhir tahun 1950 an dan masih berkembang hingga sekarang.
Metode ini menekankan pada penguasaan tata bahasa dan tidak menekankan pada
penguasaan kosakata. Inilah yang membedakan antara metode audio-lingual dengan
metode langsung walaupun pada awalnya metode audio-lingual disebut juga dengan
metode langsung. Pada metode ini siswa awalnya diperkenalkan dengan suatu
bahasa, kemudian mereka berbicara, membaca dan menulis.
B.
Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan
pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita
mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok
kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al
insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa
menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks; N. 1964. Language and Lenguage Learning. New
York: Harcount.
Brace
and world.
Carroll; J.B 1964. Language and Thought. Englewood
Cliffs. N.J.: Prentice
Hall.
Chomsky; N. 1965. Aspect of the Theory of Syintax:
Cambiridge. Mass. M.I.T.
Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar