Jumat, 19 April 2013



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Metode Audio-lingual adalah suatu metode yang mana banyak melakukan praktek-praktek dan latihan-latihan dalam berbahasa baik dalam bentuk dialog, khutbah dan lain sebagainya yang mana diharapkan para siswa bisa berbicara seperti pemilik bahasa itu sendiri. Metode audio-lingual pada dasarnya merupakan pengembangan dari metode langsung yang dirasa memiliki kelemahan terutama dalam menjelaskan hal-hal yang sulit dipahami siswa. Untuk itu metode ini disamping menekankan pengajaran bahasa lewat mendengar dan menirukan, juga dimungkinkan penggunaan bahasa ibu untuk penjelasannya. Metode ini biasanya lebih banyak diterapkan dengan bentuk pattern drill. Penggunaan pendekatan drill sudah lazim digunakan di kalangan militer. Karena pada awalnya metode ini banyak digunakan pada kalangan militer, maka metode ini juga disebut dengan army method.

1.2  Rumusan Makalah
Dari latar belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah perkembangan Metode Audiolingual dilihat dari latar belakang sejarah.
2.      Bagaimanakah ciri-ciri utama Metode Audiolingual.
3.      Bagaimanakah tekik pengajaran Metode Audiolingual.
4.      Apakah keunggulan dan kelemahan Metode Audiolingual.
5.      Bagaimanakah contoh rencana pelajaran Metode Audiolingual.

1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini untuk mengetahui Metode Audiolingual sebagai metode pengajaran bahasa.




1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.    Bagi penulis dan mahasiswa lain, lebih memahami tentang Metode Audiolingual.
2.    Untuk di jadikan bahan referensi
                                                         























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Sejarah
            Pada tahun 1939 Universitas Michigan mengembangkan Institut Bahasa Inggris pertama di Amerika Serikat, yang mengkhususkan diri dalam pelatihan guru-guru bahasa inggris sebagai bahasa asing dan dalam pengajaran bahasa inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. Direktur lembaga tersebut, Charles Fries, memang terlatih dalam lingustik structural, dan beliau menerapkan prinsip-prinsip lingustik structural itu pada pengajaran bahasa. Fries beserta rekan-rekanya menolak pendekatan-pendekatan seperti yang terdapat dalam metode langsung, yang merupakan wadah para pembelajar diperkenalkan dengan bahasa, memakainya, dan secara bertahap menyerap pola-pola gramatikalnya. Bagi Fries, tata bahasa atau ‘struktur’ itu merupakan titik tolak. Strutur bahasa dikenali dengan pola-pola kalimat dasarnya dan struktur gramatikalnya.  
            Universitas Michigan bukanlah satu-satunya universitas yang terlibat dalam perkembangan kursus-kursus dan bahan-bahan bagi pengajaran bahasa Inggris. Sejumlah program yang sama lainnya pun diaadakanlah, beberapa di antaranya adalah di universitas Georgetown dan Universitas Amerika di Washington D.C dan Universitas Texas, Austin. Para pakar lingustik. Amerika Serikat makin bertambah aktif, baik di Amerika maupun di luar negeri dalam mengawasi program-program pengajaran bahasa inggris (Moulton 1961).
            Munculnya MAL merupakan akibat dari besarnya perhatian yang diberikan kepada pengajaran bahasa asing di Amerika Serikat sampai akhir tahun 1950-an. Perlu nya suatu perubahan radikal dan pemikiran kembali megodologi pengajaran bahasa asing (yang kebanyakan masih ada kaitanya dengan Reading Method) justru didorong oleh peluncuran satelit Rusia yang perlunya pada tahun 1957. Pemerintah Amerika Serikat mengakui peluncuran upaya yang lebih intensif untuk mengajarkan bahasa-bahasa asing untuk melindungi Amerika dari ketersaingan kemajuan ilmiah yang dibuat di negara-negara lain.

B.     Ciri-ciri utama
Metode Audiolingual yang juga dikenal sebagai  Aural-Oral keterampilan Fungsional, New key, atau Metod Amerika dalam pengajaran bahasa diterima dan diperlakukan sebagai pendekatan ‘’ilmiah’’ bagi pengajaran-pengajaran bahasa. Dalam bukunya yang berjudul Language Teaching: A Scientific Approach, Lado (1964) mengemukakan ‘’hukum-hukum empiris mengenai pembelajaran’’ berikut ini sebagai dasar bagi metodologi audiolingual:
(1)    Hukum dasar hubungan yang menyatakan bahwa apabila dua pengalaman terjadi bersama-sama maka kemunculan yang satu akan mengingatkan kita kembali kepada yang satu lagi.
(2)   Hukum latihan yang menemukakan dengan tegas bahwa semakin sering sesuatu responsi dipraktekan, maka semakin baik pula hal itu dipelajari dan semakin lam diingat.
(3)   Hukum intesitas yang menyatakan bahwa semakain intensif sesuatu responsi dipraktekan, maka semakin mantap hal itu dipelajari dan semakin lama pula akan diingat.
(4)   Hukum asimilasi yang menyatakan bahwa setiap kondisi yang baru terangsang justru cenderung menimbulkan responsi yang sama dengan yang telah ditimbulkan oleh kondisi-kondisi yang sama pada masa lalu.
(5)   Hukum pengaruh yang menyatakan bahwa apabila suatu responsi disertai atau diikuti oleh peristiwa-peristiwa yang memuaskan maka responsi itu semakin diperkuat, semakin terterima. Apaila suatu responsi diikuti oleh peristiwa yang menjengkelkan, maka responsi itu justru dihindarkan, tidak terterima.

Hukum-hukum behavioris yang mendasari kelima prinsip MAL juga terdaftar dalam karya Chaistain (1976) dan dapat dirangkum sebagai berikut:
(1)   Tujuan pengajaran B2 adalah menyumbangkan dalam diri para siswa kemampuan-kemampuan yang sama dengan yang dimiliki oleh para pembicara/penutur asli. Oleh karena itu, para siswa pada akhirnya haruslah memperlakukan bahasa itu seperti pada tingkat tidak sadr atau bawah sadar.
(2)   Penggunaan bahasa asli atau bahasa ibu hendaklah dilarang didalam kelas; sebuah ‘’nusa budaya’’ hendaklah dibentuk dan dipertahankan. Ajarkanlah B2 tanpa mengacu B1.
(3)   Para siswa mempelajari bahasa melalui teknik-teknik S-R. Para siswa harus belajar berbicara tanpa memperhatikan bagaimana bahasa itu disusun. Mereka hendaknya tidak diberi kesempatan untuk memikirkan jawaban-jawaban mereka. Memorisasi dialog dan latihan-latihan pola merupakan alat ampuh untuk memperoleh responsi-responsi bersyarat.
(4)   Latihan-latihan pola diajarkan pada permulaan tanpa penjelasn. Latihan dan praktek yang seksama haruslah mendahului setiap penjelasan, dan diskusi mengenai tata bahasa harus diadakan dalam waktu yang sangat singkat.
(5)   Dalam pengembangan ‘’keempat keterampilan berbahasa’’ (menyimak, berbicara, membaca, menulis) maka urutan alamiah yang dijalankan dalam bahasa asli haruslah dipelihara dan dipegang terus (Omaggio 1986-60).
Ada pula pakar yang mengemukakan adanya lima ciri khas MAL yaitu:
(1)   Pemisahan 4 keterampilan berbahasa.
(2)   Penggunaan dialog sebagai saran utama peyajian bahasa.
(3)   Penekanan pada praktek tertentu, mimikri, memorisasi, dan latihan runtun.
(4)   Penggunaan laboratorium bahasa.
(5)   Pemantapan teori lingustik dan teori psikologis sebagai dasar bagi metode pengajaran bahasa.

C.     Teknik Pengajaran
Dalam MAL, penekanan utama diletakan pada ‘’keterampilan fundamental’’ menyimak dan berbicara. Walaupun membaca dan menulis tidak diabaikan, namun menyimak dan berbicara mendapat priorotas utama dan dalam urutan pengajaran keduanya mendahului membaca dan menulis, seprti halnya ML, maka MAL pun mencoba mengembangkan keterampilan berbahasa sasaran tanpa mengacu kepada bahasa ibu. Sebai misal, Brooks (1960/1964) menganggap pengusaan terkoordinasi terhadaf B2 sebagai hasil pembelajaran bahasa yang ideal. Dalam MAL, proses pembelajaran dipandang sebagai salah satu habituasi atau pembisaan dan pembersyaratan tanpa intervensi suatu analisis intelektual. Dengan perkataan lain, masalah eksplisit-implisit misalnya, justru hal itu labih cenderung pada strategi pembelajaran implisit dari pada strategi pembelajaranan eksplisit. Penekanan diletakkan pada praktek yang aktif dan sederhana. Tujuannya adalah membuat pembelajaran bahasa tidak merupakan beban mental.
MAL memprkenalkan memorisasi dialog-dialog dan ulangan imitatif (atau ‘’memikri’’) sebagai teknik-teknik pembelajaran khusus. Sebagai tambahan, MAL telah mengembangkan latihan-latihan untuk pola (yang disebut juga latihan runtun struktural atau latihan/praktek pola). Latihan-runtun seperti itu tidak dikenal sebelumnya, misalnyadalam karya Palmer. Tetapi semua ini menjadi ciri-ciri pokok MAL dan seterusnya di-diversifikasi-kan dan diperhalus sebagai suatu teknik pembelajaran bahasa melebihi serta mengatasi segala sesuatu yang telah dikenal sebelumnya.

D.    Keunggulan dan Kelemahan
Secara implisit telah kita singgung beberapa keunggulan MAL ini. Seperti juga halnya metode-metode pengajaran bahasa lainya, maka disamping keunggulanya, terdapat juga beberapa kelemahan atau kekurangan MAL. Secara singkat dapat kita rangkumkan seperti berikut ini:

Keunggulan MAL antara lain adalah:
(1)   Dapat diterapkan pada kelas-kelas yang sedang
(2)   Memberibanyak latihan dan praktek dalam aspek keterampilan menyimak dan berbicara
(3)   Sesuai bagi tingkatan lingustik para siswa

Kelemahan MAL antara lain menyangkut:
(1)   Guru terampil dan cekatan sangat dibutuhkan
(2)   Ulangan serinkali membosankan serta menghambat penghipotesis-
an kaidah-kaidah bahasa dan
(3)   Kurang sekali memberi perhatian pada ujaran/tuturan yang spontan.

E.     Contoh Rencana Pelajaran
9.00-9.15Seluruh siswa kelas mengulangi baris-baris dialog baru mengikuti contoh atau model yang dibuat oleh guru. Untuk menjelaskan makna kalimat-kalimat tersebut, dalam dialog di papan tulis dan menunjukkan sebaik baris-baris itu disebutkan. Pertama, setiap siswa mengulangi baris-baris secara serempak. Bila sepasang kalimat telah diucapkan dengan dua kelompok dan baris yang pertama pun diulangi diucapkan secara berbalas-balasan. Berikutnya, barisan siswa seorang demi seorang mengambil satu baris dialog dan mengulanginya. Akhirnya, guru menyuruh seorang demi seorang mengulangi menyebutkan kalimat-kalimat baru itu di depan kelas.

9.15-9.40Guru beralih pada fase latihan pola. Pada fase latihan ini, segala struktur yang dipakai dalam dialog kini dilatihkan satu demi satu. Pertama-tama secara bersama-sama kelas mengulangi kalimat yang dilatihkan itu setelah guru memberikan contoh modelnya. Kemudian mereka membuat tranformasi-transformasikalimat tersebut sesuai dengan petunjuk-petunjuk guru.

9.40-9.50         Serangkaian latihan dipakai sebagai kegiatan konsolidasi akhir. Para  siswa yang saling mengajukan pertanyaan atau memberi petunjuk satu sama lain, berdasarkan urutan barisan dari seorang siswa kepada siswa lainya dalam suatu rangkaian stimulus dan responsi (S-R). Guru memberikan pekerjaan rumah buat pelajaran yang akan datang, yang terdiri dari menyimak rekaman dan latihan/mempraktekan lebih banyak lagi dan mendengarkan dialog-dialog yang telah direkam.                                              


   








   






BAB III
                                    PENUTUP
A.    Simpulan
Metode audio-lingual adalah salah satu metode pembelajaran dan pengajaran bahasa khususnya bahasa asing. Pada awalnya metode ini diperkenalkan oleh pakar atau ahli bahasa inggris yang bernama Charles Fries dari Universitas Michigan di Amerika Serikat pada akhir tahun 1950 an dan masih berkembang hingga sekarang. Metode ini menekankan pada penguasaan tata bahasa dan tidak menekankan pada penguasaan kosakata. Inilah yang membedakan antara metode audio-lingual dengan metode langsung walaupun pada awalnya metode audio-lingual disebut juga dengan metode langsung. Pada metode ini siswa awalnya diperkenalkan dengan suatu bahasa, kemudian mereka berbicara, membaca dan menulis.

B.     Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.









DAFTAR PUSTAKA
                                                   
Brooks; N. 1964. Language and Lenguage Learning. New York:  Harcount.
                 Brace and world.
Carroll; J.B 1964. Language and Thought. Englewood Cliffs. N.J.: Prentice
                Hall.
Chomsky; N. 1965. Aspect of the Theory of Syintax: Cambiridge. Mass. M.I.T. 
                 Press
           
           




          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar